- Komputer dan Internet Mengubah Ingatan Manusia
Komputer
dan internet mengubah sifat ingatan manusia, demikian kesimpulan
penelitian yang dimuat di majalah Science. Penelitian psikologi
menunjukkan bahwa jika seseorang diajukan pertanyaan-pertanyaan sulit,
mereka akan memikirkan komputer.
Ketika
mereka mengetahui bahwa berbagai fakta nantinya akan didapat lewat
komputer maka ingatan mereka menjadi tidak begitu baik karena mereka
mengetahui dapat mengandalkan sumber lain.
Para peneliti mengatakan internet bertindak sebagai "ingatan transaktif". Penulis
laporan Betsy Sparrow dari Universitas Columbia mengatakan ingatan
transaktif "adalah ide adanya sumber ingatan luar-tempat penyimpanan di
pihak lain". "Ada ahli-ahli hal tertentu dan kita membiarkan mereka bertanggung jawab atas informasi tersebut," katanya.
Penulis
lain laporan Daniel Wegner, yang pertama kali mengusulkan konsep
ingatan transaktif dalam bab sebuah buku berjudul Ketergantungan
Kognitif pada Hubungan Dekat, menemukan pasangan yang sudah lama hidup
bersama saling membantu saat mengingat sesuatu.
"Saya berpikir internet menjadi sebuah bentuk ingatan transaktif dan saya ingin mengujinya," kata Dr Sparrow.
Di mana, bukan apa
Bagian
pertama pengkajian adalah menguji apakah peserta penelitian "langsung"
memikirkan komputer dan internet begitu diajukan pertanyaan sulit. Tim
menggunakan tes Stroop yang dimodifikasi.
Tes
Stroop standar mengukur berapa lama waktu yang diperlukan partisipan
untuk membaca sebuah kata warna sementara kata tersebut berbeda warna,
misalnya kata "hijau" ditulis dengan warna biru. Waktu
reaksi meningkat ketika, bukannya kata warna, para partisipan
ditanyakan untuk membaca kata-kata tentang topik yang kemungkinan sudah
ada dalam pikiran. Dengan
cara ini tim peneliti menunjukkan bahwa, setelah diberikan topik dengan
jawaban ya/tidak, waktu reaksi terhadap istilah yang terkait dengan
internet sangat lebih lama. Ini adalah sebuah isyarat partisipan tidak
mengetahui jawaban, dan mereka sudah mempertimbangkan untuk menjawab
dengan menggunakan komputer.
Dalam
percobaan lebih mendalam para peserta penelitian diberikan serangkaian
fakta. Setengahnya diminta menyimpannya pada sejumlah folder di komputer, setengahnya diberitahu bahwa fakta-fakta tersebut akan dihapus. Ketika
diminta untuk mengingat fakta tadi, kelompok yang mengetahui informasi
tidak akan didapat lagi menunjukkan kinerja yang sangat lebih baik
dibandingkan kelompok yang menyimpan fakta dalam berkas di komputer.
Tetapi kelompok yang mengharapkan informasi tersebut akan didapat nantinya, sangat bagus ingatannya dalam mengingat folder tempat penyimpanan informasi. "Ini
mengisyaratkan bahwa dalam kaitan dengan berbagai hal yang bisa kita
dapatkan di internet, kita cenderung menempatkan ingatan online kita cenderung menyimpannya di luar," kata Dr Sparrow.
Dia
mengatakan kecenderungan partisipan untuk mengingat lokasi informasi,
bukannya informasi itu sendiri, merupakan isyarat orang semakin tidak
bisa mengingat sesuatu, mereka hanya mengatur penempatan informasi
dalam jumlah besar agar nantinya mudah didapat.
"Saya tidak menganggap Google membuat kita bodoh, kita hanya mengubah cara mengingat. Jika
kita bisa mendapatkannya di internet meskipun sedang berjalan-jalan,
maka ketrampilan yang diperlukan, yang perlu diingat adalah ke mana
harus mendapatkan informasi. Sama seperti dalam kaitannya dengan orang, ketrampilan yang diperlukan adalah mengingat siapa yang perlu ditemui (untuk mengetahui hal tertentu)," katanya.
- Efek Psikologis Facebook bagi Kesehatan Mental
Beberapa
waktu lalu muncul laporan mengenai tanda-tanda orang kecanduan Facebook
atau situs jejaring sosial lainnya, misalnya Anda mengubah status lebih
dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman.
Anda juga rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari meski
ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag Anda di fotonya.
Laporan
terbaru dari The Daily Mail menyebutkan, kecanduan situs jejaring
sosial seperti Facebook atau MySpace juga bisa membahayakan kesehatan
karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya
pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons
kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental.
Hal ini memang bertolak
belakang dengan tujuan dibentuknya situs-situs jejaring sosial, di mana
pengguna diiming-imingi untuk dapat menemukan teman-teman lama atau
berkomentar mengenai apa yang sedang terjadi pada rekan Anda saat ini.
Suatu hubungan mulai menjadi kering ketika para individunya tak lagi menghadiri sosial
gathering, menghindari pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan
lebih memilih berlama-lama menatap komputer (atau ponsel). Ketika
akhirnya berinteraksi dengan rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena
"berpisah" dari komputernya.
Si
pengguna akhirnya tertarik ke dalam dunia artifisial. Seseorang yang
teman-teman utamanya adalah orang asing yang baru ditemui di Facebook
atau Friendster akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara
face-to-face. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko kesehatan yang
serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia
(kepikunan), demikian menurut Dr Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology.
Pertemuan
secara face-to-face memiliki pengaruh pada tubuh yang tidak terlihat
ketika mengirim e-mail. Level hormon seperti oxytocin yang mendorong
orang untuk berpelukan atau saling berinteraksi berubah, tergantung
dekat atau tidaknya para pengguna. Beberapa gen, termasuk gen yang
berhubungan dengan sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi
secara berbeda, tergantung pada seberapa sering interaksi sosial yang
dilakukan seseorang dengan yang lain.
Menurutnya,
media elektronik juga menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan
anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial
dan membaca bahasa tubuh. "Salah satu perubahan yang paling sering
dilontarkan dalam kebiasaan sehari-hari penduduk Inggris adalah
pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam jumlah menit per hari.
Kurang dari dua dekade, jumlah orang yang mengatakan bahwa tidak ada
orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai masalah penting menjadi
berlipat."
Kerusakan
fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila menggunakan mouse atau memencet
keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, Anda dapat mengalami
cidera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit punggung juga merupakan
hal yang umum terjadi pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu
duduk di depan meja komputer. Jika pada malam hari Anda masih sibuk
mengomentari status
teman Anda, Anda juga kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur
dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk berkepanjangan, sulit
berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan. Seseorang yang
menghabiskan waktunya di depan komputer juga akan jarang berolahraga
sehingga kecanduan aktivitas ini dapat menimbulkan kondisi fisik yang
lemah, bahkan obesitas.
Tidak
heran jika Dr Sigman mengkhawatirkan arah dari masalah ini. "Situs
jejaring sosial seharusnya dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial
kita, namun yang kami temukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs
tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup,
melainkan alat yang membuat kita salah arah," tegasnya.
Namun,
bila aktivitas Facebook Anda masih sekadar sign in, mengonfirmasi
friend requests, lalu sign out, tampaknya Anda tak perlu khawatir bakal
terkena risiko kanker, stroke, bahkan menderita pikun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar