Salah satu hal yang menyenangkan dari kelas pendidikan perdamaian adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, di mana siswa belajar bukan dengan cara diajari atau diberi contoh, tapi difasilitasi dan dibantu untuk menemukan sendiri makna atau nilai dari topik yang dipelajari melalui simulasi maupun permainan-permainan yang menyenangkan.
Misalnya
ketika balajar tema kerja sama dan sikap pantang menyerah dalam
mencapai tujuan, siswa belajar permainan yang dilakukan di alam
terbuka. Ada 3 kelompok yang berkompetisi secara sehat, dan untuk
memenangkan kompetisi dibutuhkan kerja sama, sikap pantang menyerah,
kesabaran, serta bagaimana menyusun strategi agar kelompok bisa
memenangkan kompetisi secara sehat.
Di
sini kita juga belajar untuk menghadapi kekalahan dengan besar hati dan
mau mengakui kelebihan kelompok lain yang memenangkan kompetisi. Selain itu kita juga belajar bagaimana menghadapi rasa kecewa ketika kelompok kita kalah.
Setelah
bermain, semua peserta duduk dan saling berbagi cerita tentang
pengalaman masing-masing ketika melakukan permainan. Ada yang kecewa,
ada yang marah, ada yang tidak tahu harus berbuat apa, ada yang secara
alami menjadi pemimpin, ada yang bingung, tapi semua merasa senang dan
membawa pulang pelajaran baru dari semua permainan yang dimainkan dan
dari cerita teman-teman tentang pengalaman mereka masing-masing.
Contoh
yang lain adalah ketika belajar tentang analisa soal atau masalah.
Siswa diberikan referensi analisis berupa koran. Dari koran yang ada
siswa difasilitasi untuk memetakan situasi terkini dari berbagai
perspektif kehidupan, entah dari sisi ekonomi, politik, pendidikan,
budaya, agama maupun membangun perdamaian.
Dari
situasi yang ada, siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan
hasil analisis yang mereka temukan. Siswa diberi kesempatan untuk
menyimpulkan dan mencari solusi.
Menariknya
solusi yang ditawarkan siswa tidaklah harus muluk-muluk, tetapi harus
relevan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sendiri. Kesimpulan dan
rekomendasi yang ditawarkan harus benar-benar menjawab kebutuhan
sehari-hari para siswa.
Dari
dua contoh di atas sudah cukup jelas memberikan sisi lain dari metode
belajar mengajar yang selama ini diterapkan di ruang kelas.
Pertama-tama ruang kelas diciptakan sebagai ruang komunikasi, dan hal
itu dibangun dengan suasana yang komunikatif. Siswa tidak ditempatkan
sebagai murid dan fasilitator bukan sebagai guru. Antara siswa dan
fasilitator saling belajar dan melengkapi.
Proses
belajar yang sama memampukan siswa untuk lebih kreatif dalam
mengungkapkan pendapat, melontarkan argumentasi, menyanggah dan
memberikan solusi.
Ruang
komunikasi dan kreativitas ini mampu memacu siswa untuk tidak terjebak
pada proses belajar mengajar yang menjenuhkan dan monoton. Proses
belajar dengan demikian memang harus menyenangkan, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar