Internet Masuk Desa dan Desa Masuk Internet (Bagian 2 - habis)
HL | 24 July 2012 | 15:52 Dibaca: 557 Komentar: 48 8 menarik
Melanglang ke beberapa wilayah
perdesaan sambil mengamati kehadiran infrastruktur telekomunikasi
khususnya internet, sangat menggugah minat penulis untuk mengetahui
perkembangannya.
Telah diluncurkan program internet masuk desa (2008) dikenal dengan sebutan Universal Service Obligation (USO) > Program Desa Pinter, PLIK dan M-PLIK maka sejak itulah medium internet mulai merambah ke berbagai penjuru desa terpilih hingga wilayah terpencil.
Sebagai salah satu kebijakan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, program ini bertujuan antara lain: pemerataan akses teknologi informasi dan komunikasi, meminimalisir kesenjangan informasi di segala bidang, dan terciptanya koneksi antara masyarakat > pemerintah > pengusaha < atau semua pihak terkait secara timbal balik.
Dalam perjalanannya, program yang
menjadi komitmen bersama dalam upaya memenuhi layanan internet hingga
pelosok perdesaan ini ditemui kecenderungan tidaklah mulus seperti
diharapkan. Beberapa catatan lapangan hasil observasi mengambil sampel
area DIY dan Jateng, masih ditemui di lokasi-lokasi tertentu bahwa ada
program internet desa yang cenderung pasif, bahkan jika kondisi
demikian dibiarkan - tidak menutup kemungkinan menjadi mangkrak.
Sebab-sebab kecenderungan pasif di antaranya:
- Lokasi kurang strategis > penempatan seperangkat komputer/internet desa kurang familiar, masyarakat enggan berkunjung, kesannya terlalu formal.
- Pengelolaan kurang jelas > siapa lembaga di desa yang berkompeten terhadap penyelenggaran internet desa, sosialisasi kurang, termasuk yang bertanggungjawab atau mengurusi bilamana terjadi masalah.
- Sumberdaya manusia minim > keterbatasan SDM di bidang teknologi informasi sehingga pemanfaatan internet desa tidak optimal.
- Pendanaan dan maintenance > tidak ada pos anggaran desa khusus pemeliharaan perangkat komputer dan peralatan elektronik terkait, teknisi komputer/internet juga belum tersedia.
- Kepemimpinan yang tidak mendukung > secanggih apapun infrasruktur masuk desa jika tidak didukung oleh ideologi pimpinan setempat akan berjalan terseok-seok.
- Pemasangan seperangkat computer/internet tidak prosedural/tidak melibatkan pihak terkait > pada umumnya pemasangan internet desa oleh pemenang tender hanya mengejar target, jalan pintas, tanpa melakukan pendekatan kepada aparat di daerah (pemkab/dinas di bidang kominfo, kecamatan) sehingga jika muncul masalah mereka tak mau perduli.
- Hanya sekilas dikenalkan untuk berinternet > warga desa hanya menjadi pengguna (user) pasif sehingga tak ada rasa memiliki atau kurang greget (kurang semangat) untuk menjaga keberlangsungannya.
Memahami fenomena-fenomena tersebut
selanjutnya penulis (bersama tim kerja) melakukan terobosan baru agar
internet di desa lebih meberdayakan masyarakat setempat. Berdasar
temuan-temuan di atas, maka tim kita terpanggil untuk bertindak
nyata/melakukan aksi lebih lanjut di lapangan.
Di samping berupaya menghilangkan kendala-kendala (seperti poin 1 s/d 7), juga perlu
dibuat rencana berterobosan baru yaitu > menjadikan masyarakat desa
berperan secara aktif dalam menggunakan/memanfaatkan internet.
Dalam kaitan ini, kemudian bersama-sama warga kita melangsungkan diskusi untuk berencana membangun sebuah medium berupa website desa.
Website baru atau lebih tepatnya disebut “website percontohan” yang
dikelola dan di-admin-i oleh warga desa, konten website dipasok oleh
“jurnalis-jurnalis warga desa” yang sebelumnya telah menjalani
pelatihan praktis tentang seluk-beluk dunia website, tentang cara
menulis berita, features, artikel, minimal disesuaikan dengan situasi dan kondisi desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar